Kumcer Umar Kayam “Seribu Kunang-kunang di Manhattan”
Kumcer Umar Kayam “Seribu Kunang-kunang di Manhattan”

Seribu kunang-kunang di Manhattan
Buku Kumcer Seribu Kunang-Kunang di Manhattan

Assalamualaikum..Sebelumnya, sekedar informasi, ini sebenarnya bukanlah sebuah resensi. Karena saya belum memiliki kemampuan untuk itu. Lagi pula sekarang waktunya sudah sangat terlambat bukan untuk meresensi buku ini? Jadi, ini hanyalah sebuah cerita dari saya setelah membaca buku ini. Ceritanya beberapa minggu yang lalu saya menemukan Buku Kumcer Umar Kayam "Seribu Kunang-Kunang di Manhattan" di Pustaka Umum di daerah saya. Awalnya saya tidak tertarik dengan buku ini, karena saya merasa buku ini bukan bacaan yang cocok untuk saya. Otak saya yang biasa disuguhi bacaan yang santai, mungkin saja akan komplain jika saya membaca buku ini yang isinya agak berat, menurut saya hehee tapi kemudian, ketika saya buka buku ini, saya pun tahu kalau buku yang sedang saya pegang merupakan cetakan yang ke-7 (tahun 2009), dan pengarangnya-Umar Kayam-telah wafat pada tahun 2002. Karena beberapa hal itulah timbul rasa penasaran di hati saya-seberapa baguskah cerpen ini. Jika sebuah buku masih tetap dicetak sampai kesekian cetakan, bahkan setelah penulisnya wafat. Itu berarti buku tersebut banyak peminatnya dan jika banyak peminat, berarti buku tersebut merupakan bacaan yang menarik (menurut saya hehe). Tanpa ragu, saya pun meminjam buku ini.

Ketika saya selesai membaca cerpen yang pertama-yang berjudul seribu kunang-kunang di Manhattan-benar saja, saya bingung apa yang inging disampaikan Pak Umar sebenarnya. Saya tidak memperoleh pesan apapun dari cerpen tersebut. Walaupun begitu saya tetap melanjutkan membaca cerpen yang berikutnya dan berikutnya, sampai cerpen ke-6 (There Goes Tatum). Saya berhenti pada cerpen ke-6 ini karena otak saya mulai lelah mencerna maksud yang ingin disampaikan penulis. Ohya, kumcer ini terdiri dari 10 cerpen. Jadi, masih ada 4 cerpen lagi yang belum saya baca. Saya tidak menyalahkan penulis atas apa yang terjadi pada saya, karena memang otak sayalah yang sulit mencerna maksud cerpen-cerpen tersebut hehe Selama beberapa hari saya abaikan buku ini, tidak ada niat untuk menyelesaikan bacaan saya.

Beberapa hari kemudian hati saya tergerak lagi untuk membaca buku ini, entah kenapa, mungkin karena tidak ada buku lain yang bisa saya baca saat itu huu Saya tidak membaca cerpen yang belum saya baca, namun saya kembali melihat cerpen yang sudah saya baca-mencari maksud dari cerpen itu. Lama, barulah saya memperoleh apa yang saya mau walau hanya sedikit. Saya mulai mendapat pencerahan, saya mulai dapat menebak apa sebenarnya pesan yang ingin disampaikan penulis di setiap cerpennya-seperti cerpen yang pertama menceritakan tentang seorang wanita yang kesepian dan butuh teman bicara. Yaah, walaupun tidak mudah. Saya mulai berpikir mungkin seperti inilah contoh karya fiksi (cerpen, novelet, novel, dll) yang menggunakan teknik show, don't tell. Ternyata tidak sia-sia saya membaca buku ini-meski sangat terlambat, saya dapat belajar banyak hal. Saya dapat melatih otak saya untuk menerima bacaan-bacaan yang berat seperti ini.
Berikut cerpen yang terdapat dalam kumcer ini:
Seribu kunang-kunang di Manhattan
Istriku, madame schlitz dan sang raksasa
Sybil
Secangkir kopi dan sepotong donat
Chief sitting bulk
There goes tatum
Musim gugur di connecticut
Bawuk
Kimono biru buat istri
Sri sumarah

Kebanyakan cerpen-cerpen itu berlatarkan kota Manhattan, New York, USA-seingat saya cerpen satu sampai enam-dan selebihnya berlatar negara Indonesia. Saya lupa, soalnya tulisan ini saya buat setelah beberapa minggu membaca buku ini dan bukunya tentu saja sudah saya kembalikan hehee Cerpen-cerpen tersebut bercerita tentang hal-hal yang terjadi disekitar kita yang tidak kita sadari. Diantara cerpen-cerpen tersebut yang saya suka adalah Sybil dan Sri Sumarah. Saya suka pesan yang ingin penulis sampaikan, menarik. Pada cerpen Sybil, diceritakan seorang anak bernama Sybil yang kurang perhatian dari orang tuanya, sehingga ia melakukan hal yang bisa disebut suatu tindak kriminal-mungkin untuk menarik perhatian orang tuanya. Kemudian Sri Sumarah bercerita tentang perjuangan seorang perempuan, mulai dari masih gadis hingga ia memiliki seorang cucu. Banyak pengalaman yang ia alami, yang bisa dijadikan pelajaran bagi wanita-wanita masa kini. Bagaimana hormat dan setianya ia pada suaminya. Meskipun suaminya sudah meninggal, ia tidak berniat mencari pengganti. Serta masih banyak lagi pelajaran lainnya.

Oke sekian dari saya. Maaf jika tulisan ini tidak memberikan manfaat sama sekali. Saya hanya ingin berbagi. dan juga sebagai catatan saya di kemudian hari, bahwa saya pernah membaca karya yang sangat fenomenal ini. Terima kasih sudah membaca ^^

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *